Namaku
Claresta Viona, aku biasa di panggil Tata. Aku bersekolah di SMP 6 Harapan,
sekolah yang cukup terkenal di kalangan tempat tinggal ku. Menurut teman-teman
ku, aku seorang yang periang, suka bercanda, suka bertanya, tapi sedikit menjengkelkan.
Terserah mereka menyebutku seperti apa, yang terpenting adalah sifatku mampu
membuat teman ku tertawa dan bahagia. Mamah, dia orang yang teristimewa,
sifatnya kurang lebih sama sepertiku, tetapi dia sangat baik dan penuh
perhatian. Dia meng-inspirasiku dalam segala hal, itulah yang membuat dia
istimewa bagiku.
***
Matahari mulai bersinar, telah
terdengar suara ayam berkokok yang berniat membangunkan insan yang masih
tertidur. ”Tata, bangun ! ayo sholat shubuh !” ujar mamah. Aku
terbangun, mengusap mataku, lalu bergegas mengambil wudhu. Keluargaku memang
memegang teguh religius, maka dari itu kami mengawali hari dengan sholat subuh
berjama’ah.
Aku melanjutkan aktivitas
seperti biasa, aku mandi dan segera berangkat sekolah di antar oleh ayahku.
Rumahku memang cukup jauh dari sekolah, sekitar 3km. Jadi aku diantar ayahku
dengan mengendarai sepeda motor. Setelah sampai sekolah, aku melihat seorang
anak perempuan dengan pakaian yang sangat kumuh yang sedang berdiri memandangi
sekolahku dia terlihat sedang bersedih, aku hendak menghampirinya dan
menanyakan siapa dirinya. “Hai Tata!~“ Sahabat ku Via menghampiriku dan sejenak
melupakan niat untuk bertanya pada wanita itu. “Hai ^^ ke kelas yuk!“ ujarku.
“Ayo, oiya kamu udah ngerjain PR IPA belum?“ ujar Via. “Udah dong, kamu?“
ujarku membalikkan pertanyaan. “Ada yang udah, ada juga yang belum, oiya bisa
tolong ajari aku tentang soal ini? Soal tentang menghitung jarak benda dan
jarak bayangan“ ujarnya sambil menunjukkan buku latihan milik nya. “Oh soal itu, oke deh nanti aku ajarin“
Ujarku.
Perbincanganku dengan Via berlanjut hingga bel masuk berbunyi. Pelajaran pertama, pelajaran Bahasa Indonesia. Aku dan Via berhenti bercakap dan memperhatikan guru yang sedang menerangkan. Tapi entah mengapa, aku teringat wanita berbaju kumuh itu, yang membuatku penasaran adalah mengapa dia terlihat bersedih saat memandangi sekolahku. Plak ! aku menampar pipiku sendiri bermaksud untuk membuatku kembali fokus dengan pelajaran.
Perbincanganku dengan Via berlanjut hingga bel masuk berbunyi. Pelajaran pertama, pelajaran Bahasa Indonesia. Aku dan Via berhenti bercakap dan memperhatikan guru yang sedang menerangkan. Tapi entah mengapa, aku teringat wanita berbaju kumuh itu, yang membuatku penasaran adalah mengapa dia terlihat bersedih saat memandangi sekolahku. Plak ! aku menampar pipiku sendiri bermaksud untuk membuatku kembali fokus dengan pelajaran.
Tak terasa, 1 jam pelajaran
sudah ku lewati. Saatnya istirahat, aku dan Via hendak menuju ke perpustakaan.
”Hey ! lihat lah, Balck berry ku baru loh, baru di beliin mamah nih ”
”Android aku juga baru, Samsung Galaxy loh ” Ricuhnya Geng Gilrs yang
sedang memamerkan HandPhone barunya. Aku dan Via memang tipe orang yang
sederhana, jadi kami berdua hanya terdiam cuek dan melanjutkan berjalan menuju
perpustakaan. Aku suka buku-buku non-fiksi, sedangkan Via suka buku fiksi.
Setelah sampai di Perpustakaan, kami langsung berpisah, Via mencari buku yang ia
suka di rak buku non fiksi, aku pun sebaliknya. Setelah mendapat buku yang ku
inginkan aku pun segera duduk dan membaca buku tersebut, Via juga duduk di
sampingku.
Selang beberapa menit setelah kami membaca,
bell masuk pun berbunyi. Aku dan Via kembali ke kelas. Belajar seperti biasa,
pelajaran IPA. Guru kelasku membahas PR yang sudah ku kerjakan.“Anak-anak!
Kalian kerjakan latihan halaman 32 ya! Jika sudah, kumpulkan buku latihan
kalian ke Ketua kelas! Ibu sekarang mau rapar dulu“ Ujar Guru IPA setelah
membahas PR. ”Iya bu !” jawab anak-anak kelas 9A . Ku kerjakan latihan
tersebut, lalu ku kumpulkan buku ku ke ketua kelas sesuai yang guru suruh. Tak
lama kemudian, bel pulang berbunyi. Aku segera keluar sekolah. Kebetulan ayahku
sudah menjemputku, jadi aku tak perlu menunggu. Bismillah, aku dan ayah pun
pulang ke rumah.
Setelah sampai di rumah, aku
segera ke meja makan. Makanan sudah di siapkan oleh mamah disana, aku pun
makan. “Gimana sekolahmu ta?“ tanya mamah. “Baik kok mah, oiya waktu tata
berangkat, tata liat cewe pake baju kumuh semacem gelandangan gitu mah, di
keliatan sedih memandang sekolahku, kenapa ya mah?“ ceritaku. “Entah, mamah ga
tau, kenapa ga kamu tanya aja?“ ujar mamah. “Iya mah, tapi lupa soalnya si Via
udah nyamperin aku dan mengajakku ke kelas“ jawabku. “Sudahlah jangan
dipikirkan“ jawabnya. “Oiya mah, mamah tau Geng Girls kan?“ tanyaku. “he’em,
emang kenapa?“ujar mamah. “Mereka pada beli Hp baru mah, kapan aku kaya
mereka?“ keluhku. “Nak, dengerin mamah. Kamu jangan selalu mengeluh, jangan
selalu melihat yang di atas. Lihat juga yang sedang kesusahan. Ingat kan kalo
dunia terus berputar? Kadang kita berada diatas, kadang kita juga dibawah. Jadi
lebih baik kita bersyukur kepada Allah, kita masih bisa makan, kita masih punya
rumah walaupun sederhana, kamu juga masih bisa sekolah. Nah, cewe gelandangan
yang kamu liat di sekolah itu mungkin ingin bersekolah seperti kamu, tapi dia
tidak punya biaya maka dari itu dia bersedih“ Nasehat mamah memang ampuh, ia
membuat ku lebih semangat. Mamah benar, aku tidak boleh mengeluh. Setelah ini
aku tidak ada kegiatan, jadi aku memilih untuk beristirahat.
- Jangan buang waktumu hanya untuk mengeluh.
By : Nindi Pigitha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar